Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3.51% untuk kuartal III – 2021.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3.51% untuk kuartal III – 2021. Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 7.07%, terutama disebabkan oleh merabaknya COVID-19 varian Delta di bulan Juli 2021 yang membuat Pemerintah melakukan pengetatan mobilitas secara drastis. Secara langsung, pengetatan tersebut menekan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
Di kuartal ketiga, pertumbuhan ekonomi tertinggi terdapat pada impor sebesar 30.11%, khususnya kelompok mesin dan peralatan. Disusul dengan lonjakan ekspor sebesar 29.16% yang ditopang oleh kenaikan harga komoditas, terutama minyak dan gas, minyak kelapa sawit, batu bara, tembaga, besi dan baja. Sementara konsumsi rumah tangga bertumbuh 1.03%.
Hingga penghujung tahun 2021, pemulihan ekonomi diperkirakan akan terus berlanjut dan terjaga. Kondisi pandemi COVID-19 yang semakin terkendali terus mendorong Pemerintah untuk melakukan pelonggaran atas pembatasan sosial. Ditambah lagi, berbagai bantuan stimulus fiskal, bantuan sosial yang terus terealisasi juga akan terus membantu pemulihan ekonomi. Sementara inflasi periode Oktober juga terkendali di 1.66% year-on-year. Inflasi merupakan indikator untuk mengukur kekuatan daya beli dan menjadi penyumbang utama dari sisi konsumsi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi di kuartal keempat mendatang diperkirakan akan semakin membaik.
Fundamental Indonesia yang kuat ditengah meningkatnya berbagai risiko global dapat menjadi katalis positif bagi pasar keuangan dalam negeri. Pemulihan ekonomi yang semakin terasa ini diharapkan terus mendorong risk appetite para investor untuk memburu aset berisiko seperti saham. Maka itu, buy on weakness dapat dilakukan saat IHSG mencatatkan pelemahan, dengan potensi penguatan IHSG hingga akhir tahun.
Source: BLOOMBERG, CNBC, CNN