Pekan ini cukup dinantikan para pelaku pasar, dengan Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis, 18 Februari mendatang.
Rapat Dewan Gubernur akan dimulai dari hari Rabu ini. Untuk bulan lalu, BI memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Days Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan di level 3.75%. Selain itu, BI juga mempertahankan suku bunga deposito facility dan suku bunga lending facility masing-masing di level 3.00% dan 4.50%.
Untuk bulan Februari ini, konsensus Bloomberg memperkirakan bahwa BI akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 3.50%. Terlihat bahwa 17 dari 22 ekonom memprediksi hal tersebut. Sebelumnya, Gubernur BI, Perry Warjiyo juga sempat mengungkapkan bahwa bank sentral membuka peluang untuk menurunkan suku bunga acuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Terutama dengan ekonomi Indonesia kuartal IV-2020 kemarin yang masih terkontraksi -2.19% YoY, lebih buruk dibandingkan estimasi BI yang bisa bertumbuh positif.
Kedepannya, BI tetap akan melihat beberapa kondisi. Beberapa diantaranya seperti tekanan inflasi yang masih rendah, dan juga nilai tukar Rupiah yang relatif stabil terhadap dollar AS. Kebijakan BI akan tetap akomodatif untuk membantu pemulihan ekonomi nasional.
Strategi Investasi:
Bank Indonesia yang berpotensi untuk memangkas suku bunga acuan ke level 3.50% pada pekan ini berpotensi memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan, terutama pada pasar obligasi. Selain itu, pemangkasan juga akan mendorong suku bunga kredit untuk turun kembali. Hal tersebut tentunya akan sangat membantu meningkatkan daya beli masyarakat dan juga pengusaha dalam melakukan ekspansi bisnis. Dengan begitu, ekonomi Indonesia dapat bergerak lebih cepat. Untuk pasar saham, pelemahan pada pasar saham dapat dijadikan momentum untuk melakukan akumulasi. Sedangkan untuk pasar obligasi, akumulasi pada tenor menengah-panjang juga dapat dilakukan dengan imbal hasil tenor 10 tahun yang masih berada di kisaran 6.20%.
Source: BLOOMBERG, CNBC, CNN