Hal- hal yang harus kamu hindari dalam pengelolaan keuangan bisnis startup agar bisnis yang kamu jalankan bisa tetap survive
Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat kita semakin mudah untuk memulai bisnis, hal ini ditandai dengan bermunculannya berbagai macam startup di Indonesia. Apa itu startup? Startup adalah perusahaan yang masih berada dalam tahap awal, masih mencari model bisnis. Seiring dengan perkembangannya, startup ini sering diasosiasikan dengan pemanfaatan teknologi.
Bisnis startup memang cukup menjanjikan, namun ada begitu banyak tantangan yang harus dihadapi. Kamu harus berjuang mencari produk terbaik, menentukan segmen pasar hingga mempertahankan bisnis. Selain itu, kamu juga harus memikirkan strategi keuangan secara bijak dan terencana, terlebih untuk startup dengan modal dari kocek pribadi.
Ada beberapa hal yang harus kamu hindari dalam pengelolaan keuangan bisnis startup agar bisnis yang kamu jalankan bisa tetap survive.
1. Pengeluaran yang Tidak Sesuai Kemampuan
Banyak orang yang mengira bahwa diperlukan budget yang besar demi menarik konsumen lewat strategi marketing atau teknologi yang canggih. Hal ini sebenarnya tidak salah, namun ada baiknya jika kamu menyesuaikan pengeluaran dengan budget yang kamu miliki.
Sebagai pemilik bisnis, kamu perlu mengerti skala prioritas. Mana pembiayaan yang harus didahulukan dan mana yang bisa ditunda. Akan tetapi, jangan juga jadi terlalu pelit dalam melakukan pengeluaran karena ini akan membatasi potensi perkembangan bisnis startup kamu.
Kamu harus tetap mengeluarkan uang sebagai investasi ke berbagai aspek dalam berbisnis agar bisnis startup kamu tetap berkembang.
2. Tidak Tahu Perbedaan Antara Laba dengan Arus Kas
Salah satu aspek utama bisnis adalah stabilitas keuangan. Bagi pebisnis pemula, membuat laporan keuangan adalah hal yang cukup membingungkan. Tapi, mau tidak mau kamu harus belajar pengelolaan keuangan perusahaan untuk keberlangsungan bisnismu, minimal tahu perbedaan antara laba dengan arus kas.
Masih banyak pelaku startup yang tidak membuat laporan arus kas secara rutin. Padahal, memantau arus kas dapat membantumu mengetahui kebutuhan akan uang tunai dan siklus bisnismu. Apalagi saat ini sudah banyak software gratis yang dapat digunakan untuk mengurusi manajemen arus kas.
3. Tidak Punya Opsi Pendanaan
Hal mendasar yang harus kamu pikirkan dalam memulai usaha startup adalah bagaimana mendapatkan uang sebagai modal. Saat ini, ada banyak pilihan pendanaan yang tersedia untuk usaha kecil, seperti dana pribadi, pinjaman usaha bank, hibah, crowdfunding, hingga teman dan keluarga.
Meskipun memiliki begitu banyak pilihan, sangat penting untuk mengetahui gambaran modal kamu saat ini, dan menilai risiko setiap pilihan pendanaan. Sebelum kamu memilih pendanaan yang tepat untuk startup kamu, ada baiknya kamu melakukan penelitian terhadap berbagai opsi tersebut terlebih dahulu.
4. Mencampurkan Keuangan Pribadi dan Bisnis
Mencampurkan rekening pribadi dengan rekening perusahaan adalah awal dari kehancuran bisnismu. Karena selain kamu akan kesulitan dalam membuat laporan keuangan, kamu juga akan mengalami kesulitan untuk mengetahui angka real dari saldo keuntungan didapatkan serta sulit memantau performa bisnismu.
Hal ini bisa mengakibatkan bencana finansial seperti kekurangan modal dan kebangkrutan. Oleh karena itu, buatlah dua rekening berbeda untuk memisahkan uang usaha dan uang pribadi. Membuat rekening khusus bisnis akan memudahkan kamu memonitor kemana uang mengalir, informasi mengenai transaksi pengeluaran, serta dapat mengambil keputusan usaha lebih baik.
5. Tidak Memiliki Mentor Finansial
Setiap CEO startup membutuhkan seseorang yang bisa diajak ngobrol tentang naik dan turun kondisi keuangan perusahaannya, seseorang yang bisa memberikan masukan dalam membuat keputusan besar untuk perusahaan.
Tidak berarti juga harus yang ahli dalam keuangan, kamu bisa meminta saran dalam hal keuangan kepada rekan kerja, keluarga, teman yang mengerti akunting. Jadi, penting untuk kamu mempunyai mentor atau rekan daripada hanya melakukannya sendiri.
Membangun start up bukanlah perkara main-main atau seru-seruan belaka, sebab kita pada dasarnya juga sedang membangun bisnis. Ada pegawai dan partner yang juga harus kita bayar upahnya. Oleh karenanya, jangan jadikan start up sebagai ajang untuk gaya-gayaan saja, tetapi harus punya value ke market maupun ke tim yang terlibat.