Mau punya usaha food truck? Pelajari cara hitung modal, strategi bisnis, dan tips keuangan agar usaha lancar dan untung maksimal.
Bisnis food truck belakangan semakin populer di Indonesia. Banyak orang mencari alternatif usaha kuliner yang lebih fleksibel dibandingkan restoran permanen yang sulit berpindah tempat.
Food truck memberi kesempatan untuk berpindah lokasi seperti mengikuti event komunitas, bahkan menjangkau konsumen yang beragam di berbagai area.
Namun sebelum kamu ikut terjun, penting untuk memahami berapa modal yang dibutuhkan serta strategi yang tepat supaya usaha berjalan lancar.
Food truck adalah bentuk usaha kuliner yang dijalankan dengan kendaraan, biasanya berupa mobil atau truk kecil yang sudah dimodifikasi untuk keperluan dapur mini. Konsep ini berbeda dengan restoran atau warung biasa karena food truck bisa berpindah tempat, sehingga peluang pasar lebih luas.
Kelebihannya, food truck relatif lebih hemat biaya sewa tempat, lebih fleksibel dalam menyesuaikan target pasar, dan bisa memberikan pengalaman unik bagi pelanggan. Tidak heran, trend ini semakin diminati generasi muda yang ingin memulai usaha kuliner dengan cara berbeda.
Baca Juga: 10 Cara Belajar Bisnis yang Efektif untuk Pemula agar Sukses
Sebelum terjun ke bisnis food truck, langkah pertama yang wajib dilakukan adalah menghitung modal. Tanpa perencanaan yang matang, risiko keuangan bisa membengkak dan menghambat jalannya usaha. Berikut komponen utama modal usaha food truck yang perlu kamu siapkan:
Ini adalah komponen modal terbesar. Kamu bisa memilih kendaraan baru, bekas, atau menyewa. Kendaraan perlu dimodifikasi agar sesuai standar dapur berjalan, mulai dari instalasi listrik, sistem gas, hingga area penyimpanan.
Estimasi biaya sekitar Rp70–200 Juta (tergantung kondisi kendaraan dan tingkat modifikasi). Kalau ingin lebih hemat, kamu bisa mulai dengan mobil bekas ukuran sedang lalu dimodifikasi secara bertahap.
Food truck harus dilengkapi dengan peralatan dapur yang efisien dan aman digunakan di ruang terbatas. Peralatan yang umum dibutuhkan antara lain kompor portable, kulkas mini, freezer, oven, wajan, panci, blender, hingga rak penyimpanan.
Jangan lupa perlengkapan saji seperti piring kertas, gelas, sendok garpu sekali pakai, dan kemasan ramah lingkungan. Estimasi biaya sekitar Rp20–40 Juta, tergantung jenis menu dan kualitas peralatan.
Legalitas adalah hal penting agar operasional food truck kamu aman dari masalah hukum. Dokumen yang biasanya dibutuhkan meliputi NIB (Nomor Induk Berusaha), izin usaha mikro, sertifikat halal (jika diperlukan), izin edar dari BPOM (untuk produk tertentu), serta retribusi pajak daerah untuk lokasi berjualan. Estimasi biaya sekitar Rp2–10 Juta, tergantung jenis izin dan wilayah.
Jenis menu akan menentukan besar kecilnya biaya bahan baku. Misalnya, menu kopi dan snack tentu berbeda dengan menu makanan berat seperti burger atau rice bowl. Untuk stok awal, kamu perlu menyiapkan bahan baku utama, bumbu, serta bahan pelengkap. Estimasi biaya sekitar Rp5–15 Juta untuk persediaan awal + biaya rutin bulanan.
Agar food truck cepat dikenal, kamu perlu strategi promosi. Mulai dari branding kendaraan (stiker atau cat khusus), membuat akun media sosial, hingga memasang iklan digital di platform populer. Jangan lupa menyiapkan anggaran untuk promo pembukaan, seperti diskon atau menu gratis untuk menarik pelanggan pertama. Estimasi biaya antara Rp2–8 Juta.
Selain modal utama, ada biaya rutin yang harus diperhitungkan seperti bahan bakar, perawatan kendaraan, gaji karyawan (jika ada), serta parkir atau sewa lokasi. Estimasi biaya bulanan antara Rp3–10 Juta.
Setelah memahami modal, langkah berikutnya adalah strategi bisnis. Beberapa hal penting yang bisa kamu terapkan, antara lain:
Strategi marketing dan menu yang menarik memang penting, tapi tanpa manajemen keuangan yang baik, usaha food truck bisa cepat goyah. Mengelola keuangan dengan disiplin akan membantu kamu menjaga stabilitas bisnis, mengantisipasi risiko, sekaligus memperbesar peluang berkembang.
Berikut beberapa tips keuangan yang bisa kamu terapkan:
Kesalahan paling umum pebisnis pemula adalah mencampur uang pribadi dengan uang usaha. Akibatnya, sulit mengetahui apakah bisnis benar-benar untung atau malah rugi.
Buat rekening khusus bisnis untuk semua transaksi food truck. Berikan gaji tetap untuk dirimu sendiri agar tidak sembarangan mengambil dari kas usaha yang dapat mengganggu keberlangsungan bisnis
Pencatatan transaksi harian membantu memantau pemasukan dan pengeluaran. Tidak perlu rumit, kamu bisa mulai dengan buku catatan sederhana atau aplikasi kasir digital yang otomatis mencatat transaksi.
Catat semua biaya sedetail mungkin, termasuk yang kecil seperti parkir atau plastik kemasan. Review catatan setiap minggu untuk melihat pola pengeluaran.
Banyak pengusaha hanya melihat omzet besar, tapi lupa bahwa biaya operasional juga terus berjalan. Fokuslah pada arus kas bersih, berapa uang yang benar-benar tersisa setelah dikurangi biaya.
Buat proyeksi arus kas bulanan agar tahu kapan bisnis surplus atau defisit. Kendalikan pengeluaran variabel seperti promosi atau stok tambahan agar tidak mengganggu cash flow.
Dalam bisnis food truck, risiko tak terduga bisa datang kapan saja, seperti kerusakan kendaraan, kenaikan harga bahan baku, atau aturan baru dari pemerintah daerah.
Idealnya, siapkan dana darurat minimal 3–6 bulan biaya operasional. Simpan dana ini di rekening terpisah agar tidak mudah terpakai.
Jika kamu menggunakan pinjaman atau cicilan kendaraan, pastikan angsurannya tidak mengganggu cash flow. Jangan menambah utang baru sebelum utang lama stabil. Gunakan pinjaman hanya untuk hal produktif, bukan untuk biaya konsumtif.
Saat bisnis sudah mulai stabil, alokasikan sebagian keuntungan untuk investasi jangka panjang. Bisa berupa peningkatan peralatan, menambah menu baru, atau bahkan memperluas armada food truck.
Sisihkan minimal 10–20% dari laba bersih untuk reinvestasi. Pertimbangkan juga instrumen keuangan seperti deposito atau reksa dana untuk menjaga dana usaha tetap berkembang.
Food truck bisa jadi peluang usaha kuliner yang menjanjikan. Fleksibilitas menjangkau berbagai lokasi dan kedekatan dengan konsumen jadi nilai tambah utama.
Namun seperti usaha lain, food truck juga punya beberapa tantangan yang harus diantisipasi. Misalnya biaya bahan baku sering naik turun sehingga margin keuntungan bisa tergerus.
Tantangan lainnya adalah soal persaingan ketat, baik dengan sesama food truck maupun restoran cepat saji. Tantangan lainnya adalah soal aturan izin daerah, beberapa kota punya peraturan berbeda soal izin berdagang di jalan.
Namun dengan persiapan matang, tantangan ini bisa dikelola sehingga tidak menjadi hambatan besar. Selain itu, kamu juga perlu mempersiapkan perhitungan modal yang tepat, strategi promosi yang kreatif, serta manajemen keuangan yang disiplin.
Langkah awal pengelolaan keuangan bisnis yang baik adalah dengan memisahkan keuangan bisnis dan keuangan pribadi. Untuk mendukung hal ini, kamu bisa memanfaatkan Nyala Bisnis dari OCBC.
Nyala Bisnis adalah rekening khusus yang memudahkan pemisahan keuangan pribadi dan bisnis. Dengan fitur notifikasi transaksi, laporan bulanan, hingga bebas biaya admin tertentu, pengelolaan modal jadi lebih transparan dan efisien.
Baca Juga: 11 Cara Memulai Bisnis dari Nol untuk Masa Depan Sukses