5 Modus Fraud yang Paling Sering Dipakai Penipu, Waspada!

19 Jul 2025

Kemajuan teknologi memang sangat memudahkan aktivitas manusia, termasuk yang berkaitan dengan transaksi. Namun kemudahan ini bersifat universal, untuk tujuan baik maupun buruk.

Bagi orang-orang jahat, era digital ini bisa mereka gunakan untuk mempermudah menjalankan aksi. Tak heran, modus fraud atau penipuan semakin beragam dan dilakukan lintas platform.

Kasus penipuan ini terus mengalami peningkatan seiring masifnya penggunaan teknologi digital. Kementerian Komdigi mencatat, sepanjang tahun  2018-2023 terdapat 1.730 laporan kasus penipuan online dengan kerugian mencapai Rp18 Triliun.

Baca juga: Jenis-Jenis Penipuan Bank, Jangan Percaya 4 Modus Ini!

Modus Fraud yang Sering Digunakan

Kerugian yang dialami korban penipuan online meliputi materil dan immateril. Kerugian materil berupa kehilangan uang, barang, maupun benda fisik lainnya.

Sedangkan kerugian immateril bisa berupa waktu, perasaan, kebocoran data pribadi, fisik, maupun lainnya.

Lalu apa saja modus penipuan yang paling sering digunakan penipu? Berikut beberapa di antaranya!

1. Menang Undian

Penipuan ini dimulai dengan pesan masuk atau telepon, yang menyatakan kamu telah memenangkan hadiah undian dari perusahaan besar, padahal kamu sama sekali tidak pernah ikut program undian tersebut.

Setelah itu, pelaku akan meminta kamu mentransfer sejumlah uang, yang katanya sebagai “biaya pajak” atau “administrasi”.

Untuk antisipasi, biasakan diri untuk selalu skeptis terhadap kabar menang undian, apalagi jika kamu tidak pernah ikut. Jangan mudah tergiur hadiah besar, dan selalu cek dulu ke website atau akun resmi perusahaan tersebut.

2. Penipuan QRIS Palsu

Modus ini marak terjadi di tempat-tempat umum seperti kafe, warung, atau tempat ibadah. Pelaku secara diam-diam menempelkan QRIS palsu di atas QRIS asli milik pemilik usaha.

Saat ingin membayar dan langsung scan QR tersebut, kamu tidak sadar bahwa pembayaran masuk ke rekening si penipu. Setelah transaksi selesai, kasir mengatakan belum menerima pembayaran, karena uang masuk ke QRIS pelaku.

Maka, kamu harus selalu mengecek nama pemilik rekening atau merchant yang muncul saat kamu akan membayar dengan QRIS. Jika namanya tidak sesuai dengan nama toko, segera batalkan transaksi.

3. Penipuan Kartu Kredit

Modus ini sering terjadi melalui telepon atau situs palsu. Pelaku bisa menyamar sebagai pihak bank dan meminta kamu menyebutkan nomor kartu kredit, tanggal kadaluarsa, dan bahkan kode CVV.

Selain itu, modus ini juga bisa dilakukan lewat malware di situs e-commerce palsu yang meniru tampilan marketplace terkenal. Data kartu kredit milikmu kemudian digunakan untuk transaksi ilegal.

Untuk mencegah hal ini, jangan pernah memberikan data kartu ke siapa pun, bahkan jika mengaku dari pihak bank. Bank tidak pernah meminta data sensitif melalui telepon atau email.

Hindari menyimpan data kartu di situs yang belum terverifikasi dan aktifkan notifikasi SMS untuk memantau setiap transaksi. Menggunakan virtual credit card juga bisa jadi alternatif yang lebih aman.

Baca juga: Tips Anti Modus Penipuan SIM Card Ponsel

4. Phishing

Phishing terjadi saat kamu diarahkan untuk masuk ke situs palsu yang menyerupai situs resmi.

Modus ini sering muncul lewat email atau SMS palsu yang berisi peringatan seperti "akun Anda diblokir" atau "verifikasi ulang data Anda sekarang". Begitu kamu klik link dan login, informasi pribadimu akan disimpan oleh pelaku.

Cara mencegahnya adalah dengan tidak sembarangan mengklik tautan dari email atau pesan mencurigakan. Pastikan URL situs benar dan dimulai dengan "https://".

Biasakan untuk mengetik alamat situs secara manual di browser, bukan lewat tautan. Pasang antivirus dan aktifkan autentikasi dua langkah (2FA) untuk lapisan keamanan tambahan.

5. Social Engineering

Modus penipuan ini memanfaatkan psikologi manusia, terutama rasa percaya dan empati. Pelaku bisa berpura-pura menjadi teman, keluarga, atau petugas bank, lalu membuat kamu panik dan akhirnya menyerahkan informasi penting seperti OTP, PIN, atau bahkan transfer uang.

Contohnya, seorang ibu menerima WhatsApp dari akun anaknya yang bilang sedang butuh dana cepat karena kecelakaan. Padahal akun itu sudah dibajak. Si ibu pun langsung transfer tanpa verifikasi dulu.

Untuk mencegah social engineering, kamu harus tenang dan tidak mudah panik saat menerima pesan darurat. Selalu konfirmasi ulang lewat jalur komunikasi lain (telepon langsung, video call, dll).

Jangan pernah memberikan kode OTP atau PIN ke siapa pun, termasuk yang mengaku dari lembaga resmi sekalipun. Semua lembaga keuangan tidak pernah meminta informasi rahasia lewat telepon atau chat pribadi.

Itulah ulasan mengenai modus penipuan yang sering digunakan penipu. Tetap waspada agar kamu tidak jadi korban berikutnya.

Jika menjadi korban, pastikan kamu tetap tenang terlebih dulu. Ini penting agar kamu tidak salah langkah. Berikutnya hubungi pihak bank untuk melakukan pemblokiran rekening atau kartu kredit, agar penipu tidak leluasa menyalahgunakannya.

Kamu beruntung jika menggunakan OCBC. Pasalnya, bank ini memberikan layanan call center 24 jam dan 7 hari nonstop kepada para nasabahnya.

Manfaatkan layanan Tanya OCBC untuk melaporkan kasus penipuan yang baru saja terjadi. Kamu bisa menghubungi nomor 1500-999 jika sedang berada di Indonesia, atau +62-21-2650-6300 jika kamu sedang berada di luar negeri.

Selain itu, kamu juga bisa memanfaatkan fitur Live Chat melalui OCBC mobile. Laporkan kasus penipuan yang menimpamu kapan saja, karena fitur itu disiapkan setiap hari 24 jam.

Baca juga: Jadi Korban Penipuan Online? Lakukan Cara Ini agar Uang Kembali


Cerita untuk inspirasi

Read

Education - 23 Jun 2025

The Importance of Reading, Understanding, and Approving the Summary of Product and Service Information (RIPLAY) – General & Personal – and the Terms and Conditions of Banking Products and/or Services

Read

News Update - 22 Apr 2025

Trump, Powell and Fed independence

View All

Related Product

OCBC mobile
ONe Mobile

OCBC mobile

Tumbuhkan uang dalam 1 aplikasi bersama OCBC mobile yang baru.

Download OCBC mobile