Konsumerisme dan hedonisme sekilas sama-sama gaya hidup boros. Namun keduanya punya perbedaan yang mendasar. Apa saja bedanya? Simak ulasan berikut!
Konsumerisme adalah gaya hidup yang cenderung membeli dan mengkonsumsi barang di luar kebutuhan dasar secara berlebihan. Gaya hidup ini didorong oleh keinginan untuk memperoleh status sosial, kesenangan, atau untuk memenuhi dorongan emosional.
Sementara hedonisme adalah pandangan atau filosofi yang menyatakan bahwa kesenangan dan kebahagiaan adalah tujuan utama dalam hidup.
Dalam konteks modern, hedonisme dikaitkan dengan gaya hidup konsumtif dan mengejar kesenangan instan, yang dapat menimbulkan dampak negatif jika tidak dikendalikan.
Baca juga: 9 Alasan Pengajuan Kenaikan Limit Kartu Kredit Kamu Ditolak Bank
Sekilas keduanya memang tampak sama, yaitu sama-sama fokus pada kesenangan hidup. Namun sebenarnya konsumerisme dan hedonisme itu memiliki beberapa perbedaan sebagai berikut.
Konsumerisme itu gaya hidup yang mendorong seseorang untuk terus membeli dan mengkonsumsi barang secara berlebihan, tanpa pertimbangan kebutuhan.
Dalam konsumerisme, nilai seseorang diukur dari apa yang mereka punya, bukan siapa mereka sebenarnya.
Sementara, hedonisme adalah pandangan hidup yang menjadikan kenikmatan dan kesenangan pribadi sebagai tujuan utama. Fokusnya bukan pada kepemilikan, melainkan pada pengalaman dan rasa senang yang dirasakan.
Konsumerisme akan selalu merasa harus memiliki lebih banyak barang. Mereka tergoda membeli hal yang sebenarnya tidak dibutuhkan, hanya karena takut tertinggal tren atau ingin diakui secara sosial.
Di sisi lain, hedonisme tidak selalu tentang membeli barang. Fokusnya adalah mengejar kesenangan, yang bisa berasal dari makanan favorit, hobi, traveling, atau kenyamanan pribadi.
Dalam konsumerisme, uang biasanya dihabiskan untuk membeli produk-produk fisik: baju baru, perabot rumah, mobil, gadget, dan sebagainya.
Sedangkan hedonisme, pengeluaran lebih banyak digunakan untuk pengalaman, seperti dinner romantis, spa eksklusif, short trip, nonton konser, atau minum kopi spesialti setiap hari.
Konsumerisme dipicu oleh faktor eksternal seperti iklan, media sosial, atau tekanan dari lingkungan sosial. Misalnya, karena teman beli iPhone terbaru, kamu merasa harus ikut beli juga agar dianggap “selevel”.
Sedangkan hedonisme lebih sering muncul dari faktor internal, seperti stres, rasa jenuh, atau keinginan memanjakan diri. Orang hedonis bisa saja membeli kopi mahal atau staycation dengan alasan self reward.
Baca juga: Cara Melaporkan Penipuan Online agar Uang Kembali dan Aman
Konsumeris mungkin punya kebiasaan scroll e-commerce tiap hari, beli barang-barang lucu tapi tak terpakai, atau menumpuk pakaian dan skincare yang belum dibuka.
Sedangkan hedonis cenderung punya kebiasaan seperti nongkrong di tempat mahal, impulsif dalam memilih aktivitas menyenangkan, dan sulit menolak ajakan liburan meskipun budget sedang tipis.
Konsumerisme dapat menyebabkan ruang hidup penuh barang tak berguna, utang kartu kredit, dan rasa penyesalan setelah belanja (buyer’s remorse). Karena membeli lebih dari kebutuhan, uang habis sia-sia.
Hedonisme bisa lebih fleksibel, tergantung bagaimana ia mencari kesenangan. Jika terus mengejar kesenangan dengan biaya tinggi, maka ini bisa menyebabkan gaya hidup konsumtif terselubung dan membuat seseorang gagal menabung.
Secara umum, konsumerisme lebih boros dalam jangka panjang. Hal ini karena pengeluaran terjadi terus-menerus untuk barang-barang yang nilainya cepat turun, jarang dipakai, bahkan akhirnya dibuang.
Sementara hedonisme bisa dikendalikan jika seseorang bisa menikmati hal-hal sederhana, seperti nonton film di rumah, masak bareng, atau piknik murah. Hedonisme menjadi boros hanya ketika kesenangan yang dicari selalu identik dengan biaya mahal.
Itulah ulasan mengenai perbedaan konsumerisme dan hedonisme. Kamu bisa membuka halaman Article OCBC untuk mendapatkan informasi menarik lain seputar keuangan dan perbankan.
Baca juga: 7 Tips Liburan Ke Luar Negeri dengan Budget Hemat Tapi Seru