Skor FFI tahun ini berada di 40,60, lebih rendah dibanding 41,25 di 2024. Penyebabnya beragam, faktor pertama adalah persentase masyarakat yang rutin menabung turun dari 92% jadi 89%.
Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2025 yang masih kokoh di 5,12%. Angka ini menegaskan ketahanan ekonomi nasional meskipun dunia tengah bergejolak.
Namun, di level individu, gambaran berbeda terlihat. OCBC Financial Fitness Index (FFI) 2025 menunjukkan penurunan skor untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir.
Skor FFI tahun ini berada di 40,60, lebih rendah dibanding 41,25 di 2024. Penyebabnya beragam, faktor pertama adalah persentase masyarakat yang rutin menabung turun dari 92% jadi 89%.
Faktor selanjutnya adalah kesiapan dana darurat hanya 19% (turun dari 25%). Faktor selanjutnya adalah melemahnya kemampuan mengelola utang tanpa jaminan dari 97,28 ke 93,97.
“Ini alarm penting bahwa kondisi ekonomi boleh saja stabil, tapi kebiasaan finansial tetap harus dijaga. Smart spending dan smart saving itu wajib jadi gaya hidup,” kata Jeannette Erena Kristy Tampi, Marketing Communication Division Head OCBC.
Ia menambahkan, kunci untuk tetap FUNanciallyFIT ada pada literasi keuangan yang benar dan kebiasaan sederhana. Misalnya menabung rutin, mencatat pengeluaran, menyiapkan dana darurat, mengatur utang, hingga berani mencoba investasi.
Peluncuran FFI 2025 menjadi bagian dari Nyala Festival 2025 yang berlangsung 12–14 September di Senayan City. Event tahunan ini sudah masuk tahun ketiga dan menghadirkan lebih dari 25 pembicara inspiratif dengan tema finansial, bisnis, sampai parenting.
“Kami ingin menunjukkan bahwa finansial sehat bisa terasa menyenangkan. Hidup tetap bisa dinikmati sambil menyiapkan masa depan. Itulah makna Win This Economy by being FUNanciallyFIT,” kata Jeannette.
FFI 2025 sendiri merupakan riset tahunan OCBC bersama NielsenIQ (NIQ) Indonesia, melibatkan responden usia 25–35 tahun di Jabodetabek, Surabaya, Medan, Bandung, dan Makassar, dengan penghasilan di atas Rp5 juta serta sudah memiliki rekening bank.
Baca Juga: Intip Kesehatan Finansial Generasi Muda melalui FFI 2023
Meski ada penurunan, beberapa tren justru membaik, yaitu:
Sementara itu dari sisi perilaku konsumsi, ada kabar baik. Data mereka yang sering belanja hanya demi ikut-ikutan teman atau fomo turun dari 80% ke 76%.
Namun, tren materialisme masih naik, dengan 40% responden mengaitkan kesejahteraan dengan rumah mewah (naik dari 33%) dan 26% dengan mobil mewah (naik dari 22%).
Direktur Strategic Analytics & Insights NielsenIQ (NIQ) Indonesia Inggit Primadevi mengatakan, mereka yang berpenghasilan di atas Rp40 Juta justru mencatat kenaikan skor menjadi 59,95 (dari 58,72).
Sebaliknya, kelompok middle income (Rp8–15 juta) turun ke 44,15 dan kelompok Rp5–8 juta merosot ke 36,76.
“Tekanan paling berat dirasakan kelompok usia 25–29 tahun, baik yang sudah maupun belum menikah. Skornya hanya 39,00, turun dari 40,27,” jelas Inggit.
Walau begitu, ia melihat sisi positif yaitu semakin banyak anak muda yang serius menyiapkan investasi jangka panjang, terutama mereka yang sudah rajin menabung dan punya dana darurat.
“Artinya, ada kelompok generasi muda yang mulai membangun fondasi finansial sehat. OCBC senang bisa hadir memberi edukasi, akses, dan produk yang relevan untuk mendukung mereka,” tambahnya.
Baca Juga: Menyeimbangkan Gaya Hidup dan Finansial agar #FUNanciallyFIT