Siapa sebenarnya di balik perusahaan sawit terbesar di Indonesia? Temukan sosok dan rahasia kesuksesan mereka di dunia bisnis!
Komoditas di Indonesia itu sangat beragam. Di sektor pertanian, Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) terbesar di dunia. Produksi CPO Indonesia mencapai 45,5 juta metrik ton (MT) pada 2022/2023.
Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus bertambah. Pada tahun 1980, luas lahan sawit di Indonesia adalah 294,5 ribu hektar, sementara pada tahun 2021 luasnya mencapai 15,1 juta hektar.
Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit rakyat juga relatif cepat. Selama periode tahun 1980-2021, pangsa perkebunan kelapa sawit rakyat meningkat dari hanya sekitar 2 persen menjadi 40 persen.
Begitu pula dengan perkebunan kelapa sawit swasta, yang mengalami peningkatan dari 30% menjadi 56%.
Baca juga: Proyeksi Harga Sawit Tahun 2025, Naik atau Turun?
Besarnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor kelapa sawit. Seperti dijelaskan di atas, perkebunan kelapa sawit swasta dan rakyat terus mengalami peningkatan.
Berikut ini adalah daftar pengusaha kelapa sawit terbesar yang ada di Indonesia, yang dilansir dari berbagai sumber.
Martua Sitorus adalah salah satu nama paling ikonik di bisnis sawit karena perannya mendirikan dan mengembangkan Wilmar, perusahaan agribisnis yang beroperasi global dan memiliki rantai nilai mulai dari perkebunan, pengolahan CPO, hingga perdagangan dan pengolahan turunannya.
Di Indonesia Martua juga membangun Gama Group yang berinvestasi di properti dan infrastruktur, memperlihatkan diversifikasi aset dari bisnis primer sawit ke sektor lain. Keberadaan Wilmar membawa pengaruh besar pada volume produksi dan rantai pasok sawit di tingkat regional.
Sukanto Tanoto memimpin Royal Golden Eagle, grup sumber daya yang memiliki Asian Agri sebagai salah satu unit pentingnya. Asian Agri mengelola perkebunan dan fasilitas pengolahan di Indonesia dengan struktur yang terintegrasi.
Sukanto dikenal karena pendekatannya pada skala industri dan investasi teknologi produksi, serta upaya korporat terkait keberlanjutan dan pengelolaan sumber daya di beberapa wilayah operasi.
Anthoni Salim memimpin Salim Group, konglomerat besar yang punya kepentingan luas termasuk pangan dan agribisnis. Di lini sawit, Salim Group mengoperasikan perusahaan seperti Salim Ivomas Pratama.
Grup Salim menggabungkan skala produksi dengan jaringan distribusi makanan dan minyak makanannya, sehingga integrasi vertikal membuat kontribusi grup ini signifikan bagi pasokan domestik dan ekspor.
Baca juga: Mengenal Tambang Emas Tujuh Bukit di Jawa Timur
Bachtiar Karim memimpin Musim Mas, sebuah grup terintegrasi di sektor minyak sawit dan produk turunannya. Musim Mas tidak hanya mengelola perkebunan, tetapi juga pabrik pengolahan, oleochemical, dan jaringan ekspor yang kuat.
Model bisnis terintegrasi ini memungkinkan Musim Mas mengakses pasar global dan mengembangkan produk bernilai tambah dari CPO, sehingga perusahaan termasuk pemain utama yang menentukan dinamika pasar sawit Indonesia.
Peter Sondakh melalui Rajawali Group dan entitas terkait memiliki keterlibatan di sektor perkebunan lewat Eagle High Plantations dan investasi lain. Eagle High mengelola areal kelapa sawit yang luas dan menjadi pemain publik di Bursa.
Perusahaan ini merefleksikan satu model kepemilikan korporat besar yang berfokus pada profesionalisasi manajemen lahan dan integrasi rantai nilai. Keterlibatan Rajawali Group menegaskan peran konglomerat terpadu di sektor primer.
Keluarga Widjaja sebagai pendiri Sinar Mas Group merupakan nama lama yang punya pengaruh besar di agribisnis Indonesia. Unit-unit dalam ekosistem Sinar Mas bergerak di berbagai sektor termasuk agribisnis melalui entitas yang mengelola perkebunan dan fasilitas pengolahan.
Perusahaan ini memiliki skala yang besar dan program-program korporat yang berdampak pada industri sawit nasional. Sejarah dan struktur grup Sinar Mas terdokumentasi dalam profil grup dan laporan resmi.
Lim Gunawan Hariyanto menjabat sebagai CEO/Executive Chairman Harita Group dan juga memiliki peran eksekutif di Bumitama Agri, perusahaan kelapa sawit yang tercatat di Singapura.
Harita Group sendiri beroperasi di sektor sumber daya (termasuk perkebunan sawit, pertambangan, dan smelter), sedangkan Bumitama adalah entitas publik yang fokus pada produksi minyak sawit dan pengelolaan perkebunan di Indonesia.
Baca juga: Daftar Pengusaha Terkaya di Indonesia 2024 dan Usaha yang Digeluti
Meski perlu modal besar, menjadi pengusaha kelapa sawit masih tetap menjanjikan mengingat permintaan pasar yang tinggi.
Namun, ketika bisnis sudah berjalan, kamu sangat perlu untuk memisahkan uang pribadi dan uang usaha. Tujuannya agar tidak tercampur dan memudahkan dalam pengajuan pinjaman modal ke bank.
Saat ini, memisahkan kedua keuangan tersebut bisa dilakukan dengan mudah melalui solusi dari OCBC, yaitu Nyala Bisnis. Dengan fitur ini, proses pengelolaan uang pribadi dan usaha jadi lebih mudah.
Nyala Bisnis adalah layanan saldo gabungan untuk mengatur keuangan pribadi dan bisnis secara terpadu, dengan tiga keunggulan, yaitu dua rekening terpisah dalam satu layanan, bebas biaya transaksi, dan solusi digital yang bisa dinikmati.
Dalam pengelolaan dana, Nyala Bisnis menawarkan rekening bisnis yaitu Giro Business Smart dan pribadi melalui Tanda 360. Selain itu, kamu bisa memanfaatkan transaksi valas mudah dengan kurs kompetitif via OCBC mobile.
Nyala Bisnis juga menawarkan bebas biaya transaksi, meliputi:
Selain itu, Nyala Bisnis juga menawarkan reward untuk setiap dana masuk hingga Rp25 Ribu sesuai dengan level Nyala Bisnis masing-masing.
Buka Nyala Bisnis melalui OCBC mobile sekarang juga dan dapatkan reward hingga Rp500 Ribuan!
Selain itu, bisnis sawit badan usahanya dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Jika usahamu sudah berbentuk PT, kamu bisa mengajukan Rekening Bisnis (Giro) dan OCBC Business untuk perusahaan.
Syarat mengajukan Rekening Bisnis dan OCBC Business bagi perseroan terbatas cukup mudah, yaitu:
Ada banyak benefit yang bisa kamu dapatkan, seperti rekening dengan 13 mata uang, setoran awal mulai dari Rp1 Juta, kemudahan mengakses pinjaman, layanan OCBC Business, hingga cek kesehatan bisnis.
Baca juga: Mengenal Martabe, Tambang Emas Terbesar di Sumatera