Bunga tunggal vs bunga majemuk, apa bedanya? Simak 5 poin penting agar keputusan finansialmu lebih cerdas!
Bunga adalah kompensasi yang dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman sebagai imbalan atas penggunaan dana dalam jangka waktu tertentu.
Secara umum, bunga dibagi dalam dua jenis, yaitu bunga simpanan dan bunga kredit. Sementara dalam praktiknya, kamu akan menemui ada jenis lain yaitu bunga tunggal dan bunga majemuk. Yuk cari tahu keduanya!
Baca juga: Deposito 10 Juta Dapat Bunga Berapa? Begini Perhitungannya!
Kedua jenis bunga ini bisa ditemui di dunia keuangan, yaitu pada pinjaman, tabungan, dan investasi. Bunga tunggal biasanya digunakan pada produk jangka pendek, seperti pinjaman pribadi atau mikro.
Sementara bunga majemuk bisa kamu temui pada investasi jangka panjang, produk tabungan, dan deposito. Hal ini lantaran bunga majemuk memberikan hasil yang lebih besar dari waktu ke waktu.
Bunga tunggal adalah perhitungan bunga pinjaman atau tabungan yang hanya dihitung dari pokok awal (modal awal) saja, tanpa menambahkan bunga yang sudah didapatkan sebelumnya.
Rumus menghitung bunga tunggal adalah:
B = P x 𝑖 x t
Keterangan:
Sebagai contoh, kamu menabung Rp1 Juta dengan bunga tunggal 10% per tahun selama 3 tahun.
Bunga majemuk adalah perhitungan bunga pinjaman atau tabungan yang dihitung dari pokok awal ditambah bunga yang sudah diperoleh sebelumnya. Jadi bunga yang dihasilkan akan ikut dihitung lagi pada periode berikutnya atau disebut juga efek compound.
A = P x (1+i)t
Keterangan:
Sebagai contoh, kamu menabung Rp1 Juta dengan bunga majemuk 10% per tahun selama 3 tahun. Maka perhitungannya sebagai berikut:
Jadi hasil akhirnya Rp1.331.000, lebih besar dibanding bunga tunggal yang hanya Rp1.300.000.
Baca juga: Deposito Online: Syarat, Keuntungan Hingga Cara Membukanya
Lalu apa beda bunga tunggal dan bunga majemuk? Berikut beberapa di antaranya!
Pada bunga tunggal, bunga dihitung hanya dari pokok awal yang dipinjamkan atau diinvestasikan. Artinya, setiap periode bunga selalu mengacu pada jumlah modal yang sama, sehingga tidak ada perubahan pada dasar perhitungannya.
Sedangkan bunga majemuk, perhitungan bunga dilakukan dari pokok awal ditambah akumulasi bunga sebelumnya. Jadi, jumlah dasar perhitungan bunga bisa terus bertambah setiap periode karena bunga lama ikut dihitung kembali sebagai modal baru.
Bunga tunggal memiliki pola pertumbuhan yang linear. Artinya, tambahan bunga yang diperoleh tiap periode akan selalu sama, tidak peduli berapa lama jangka waktunya.
Misalnya, jika modal awal Rp1 Juta dengan bunga tunggal 10% per tahun, maka setiap tahun hanya akan bertambah Rp100 Ribu.
Sementara bunga majemuk justru mengikuti pola pertumbuhan eksponensial atau disebut juga “bunga berbunga.” Artinya, semakin lama uang disimpan, hasilnya semakin besar secara signifikan karena bunga ikut menghasilkan bunga baru.
Misalnya, dengan modal Rp1 Juta dan bunga majemuk 10% per tahun, di tahun pertama bertambah Rp100 Ribu, tapi di tahun kedua bunga dihitung dari Rp1,1 Juta sehingga hasilnya Rp110 Ribu, dan terus meningkat setiap tahun berikutnya.
Baca juga: 7 Kesalahan Cara Berinvestasi yang Masih Dilakukan Pemula
Bunga tunggal biasanya dipakai pada transaksi keuangan dengan jangka waktu pendek, seperti pinjaman pribadi, kredit konsumtif jangka pendek, atau perhitungan bunga keterlambatan.
Bunga majemuk lebih banyak dipakai dalam instrumen keuangan modern seperti tabungan bank, deposito, obligasi, reksa dana, bahkan investasi saham.
Selain itu juga digunakan dalam pinjaman jangka panjang seperti KPR atau cicilan, karena sifatnya lebih realistis menggambarkan pertumbuhan nilai uang dari waktu ke waktu.
Itulah ulasan mengenai perbedaan bunga tunggal dan bunga majemuk. Kamu bisa dapat informasi seputar keuangan dan perbankan lainnya dengan buka laman Article OCBC!
Baca juga: Nabung di Celengan Masih Worth It? Ini Jawabannya!