Banyak UMKM bangkrut bukan karena sepi pembeli, tapi salah kelola uang. Hindari 5 kesalahan keuangan ini biar usaha tetap jalan!
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Predikat ini disematkan lantaran besarnya kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, dan stabilitas ekonomi.
Meski jumlahnya cukup besar, tetapi UMKM itu patah tumbuh hilang berganti. Artinya banyak UMKM yang muncul, tapi tak sedikit juga UMKM yang dulunya eksis namun sekarang bangkrut.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan UMKM bangkrut, mulai dari produksi yang tidak konsisten, produk yang tidak diterima pasar, hingga pengelolaan uang yang keliru.
Baca juga: Apa itu Digitalisasi UMKM? Ini Manfaat Penting & Strateginya
Lalu apa saja kesalahan yang sering dilakukan UMKM terkait mengatur keuangan? Berikut beberapa di antaranya!
Banyak pelaku UMKM merasa usahanya kecil, jadi pencatatan keuangan dianggap ribet dan nggak perlu. Padahal meskipun hanya catatan sederhana di buku tulis atau aplikasi gratis di HP, pencatatan itu penting banget.
Tanpa data jelas soal pemasukan, pengeluaran, hingga utang-piutang, kamu nggak tahu apakah usaha benar-benar untung atau justru rugi. Akibatnya keputusan bisnis jadi asal-asalan.
Pinjaman usaha memang bisa membantu, tapi kalau nggak dihitung matang, justru jadi beban besar. Banyak UMKM ambil utang modal tanpa menghitung kemampuan bayar, bahkan kadang dipakai untuk kebutuhan konsumtif.
Akhirnya cicilan lebih besar daripada keuntungan usaha, sehingga arus kas tersedot hanya untuk bayar bunga dan pokok utang. Jika terus dilakukan, usaha bisa tercekik dan sulit berkembang.
Ketika usaha mulai menghasilkan, godaannya besar untuk langsung memakai keuntungan buat kebutuhan pribadi. Padahal modal kerja harus tetap dijaga agar usaha bisa berputar.
Ketika keuntungan selalu dihabiskan, begitu ada pesanan besar atau harga bahan baku naik, kamu bisa kelabakan karena nggak ada uang tersisa untuk menutup biaya produksi.
Sama seperti keuangan pribadi, usaha juga butuh dana darurat. Banyak UMKM mengabaikan hal ini, padahal krisis bisa datang kapan saja, seperti penjualan turun drastis, ada pelanggan besar yang telat bayar, atau biaya sewa naik.
Ketika kamu nggak punya dana cadangan, usaha bisa berhenti total karena operasional nggak bisa jalan. Dana darurat minimal bisa menutup biaya operasional 1–3 bulan, sehingga usaha tetap survive meski kondisi sedang sulit.
Ini kesalahan paling fatal yang sering dilakukan UMKM. Banyak pemilik usaha menganggap uang kas dan uang pribadi sama saja. Misalnya, hasil penjualan dipakai langsung untuk bayar belanja keluarga, atau sebaliknya.
Akibatnya keuangan usaha jadi kabur. Kamu nggak bisa tahu seberapa besar keuntungan yang sebenarnya, bahkan bisa jadi usaha tampak berjalan tapi ternyata tidak pernah benar-benar untung.
Lebih parahnya lagi, uang usaha habis untuk kebutuhan pribadi, sehingga ketika ada peluang besar atau kebutuhan mendesak, kas kosong.
Solusinya sederhana tapi butuh disiplin: pisahkan rekening khusus untuk usaha, catat setiap transaksi, dan gaji diri sendiri dari laba usaha sesuai porsinya.
Dalam memisahkan kedua keuagan ini, kamu juga bisa memanfaatkan aplikasi keuangan seperti Nyala Bisnis dari OCBC. Dengan fitur ini, proses pengelolaan uang pribadi dan usaha jadi lebih mudah.
Nyala Bisnis adalah layanan saldo gabungan untuk mengatur keuangan pribadi dan bisnis secara terpadu, dengan tiga keunggulan, yaitu dua rekening terpisah dalam satu layanan, bebas biaya transaksi, dan solusi digital yang bisa dinikmati.
Dalam pengelolaan dana, Nyala Bisnis menawarkan rekening bisnis yaitu Giro Business Smart dan pribadi melalui Tanda 360. Selain itu, kamu bisa memanfaatkan transaksi valas mudah dengan kurs kompetitif via OCBC mobile.
Nyala Bisnis juga menawarkan bebas biaya transaksi, meliputi:
Selain itu, Nyala Bisnis juga menawarkan reward untuk setiap dana masuk hingga Rp25 Ribu sesuai dengan level Nyala Bisnis masing-masing.
Buka Nyala Bisnis melalui OCBC mobile sekarang juga dan dapatkan reward hingga Rp500 Ribuan!
Baca juga: Tiket Pesawat Domestik Lebih Mahal dari Internasional, Kenapa?