Jakata, 8 Maret 2020 - IFC, anggota World Bank Group, mengumumkan pemberian pinjaman dengan nilai sampai dengan Rp2,75 triliun (setara dengan USD200 juta), yang merupakan private arrangement antara Bank OCBC NISP dan IFC. Ini merupakan bagian dari Program Pembiayaan Berkelanjutan (Sustainability Bond Program) Bank OCBC NISP yang terdiri dari green bond dan gender bond. Dana yang diperoleh dari gender bond akan memungkinkan Bank untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada pengusaha wanita dan UKM milik wanita (women-owned small and medium enterprises atau WSMEs). Green bond akan mendukung Bank OCBC NISP untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan berwawasan lingkungan, terutama untuk pengembangan proyek-proyek hijau dan pembiayaan properti hijau.
Kerjasama gender bond ini merupakan yang pertama kali dilakukan di Indonesia, dan kedua di Asia-Pacific, setelah penerbitan obligasi gender Bank Ayudhya pada tahun 2019 di Thailand, yang juga didukung oleh IFC. Green bond Bank OCBC NISP kali ini merupakan kelanjutan dari kesuksesan green bond pertama di tahun 2018 yang telah disalurkan seluruhnya. Green bond pertama tersebut juga sepenuhnya didukung oleh IFC.
UKM milik wanita memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional, dengan kepemilikan wanita yang mencapai 34% pada usaha menengah dan 50% untuk usaha kecil. Namun, menurut kajian IFC mengenai Studi Kesenjangan Pembiayaan UMKM (IFC’s MSME Financing Gap Study, 2017), kekurangan pembiayaan UKM milik wanita di Indonesia mencapai USD 60 miliar. Sekitar 40% UKM milik wanita di Indonesia mengalami keterbatasan pembiayaan dan 17% perusahaan-perusahaan yang dimiliki wanita memandang pembiayaan sebagai hambatan utama pertumbuhan.
“Meningkatkan partisipasi wanita dalam perekonomian Indonesia dan mengurangi kesenjangan gender merupakan bagian dari strategi utama IFC di Indonesia. Pinjaman yang diberikan IFC dalam mendukung Program Pembiayaan Berkelanjutan Bank OCBC NISP, mempunyai tujuan untuk memberdayakan pengusaha-pengusaha wanita dan UKM milik wanita dan juga untuk mendorong proyek-proyek hijau/berwawasan lingkungan. Hal ini menunjukkan komitmen IFC untuk medorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan,” ujar Hans Peter Lankes, Vice President, Economics and Private Sector Development, IFC.
Sebagai negara kepulauan yang dalam beberapa dekade telah mengalami pertumbuhan padat karbon yang tinggi, Indonesia menjadi rentan terhadap dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, pembiayaan hijau/berwawasan lingkungan sangat penting bagi Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca – yaitu 29% pada tahun 2030. Dalam hal ini, IFC memperkirakan bahwa potensi pembiayaan hijau/berwawasan lingkungan di Indonesia dapat mencapai USD274 miliar dari tahun 2016 hingga 2030.
“Sebagai bank pelopor pembiayaan berkelanjutan untuk proyek berwawasan lingkungan di Indonesia, pendanaan lanjutan dari IFC akan digunakan untuk meneruskan upaya kami dalam menyediakan pembiayaan berwawasan lingkungan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Selain itu, pendanaan ini juga dimanfaatkan untuk memberdayakan wanita dalam membangun bisnis yang berkelanjutan. Inisiatif ini merupakan salah satu upaya kami dalam mendorong proses bisnis menuju pembangunan berkelanjutan dan memastikan masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang,” ujar Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP.
Sebagai bagian dari lingkup kerjasama, IFC akan bermitra dengan Bank OCBC NISP untuk mengadakan pelatihan mengenai bangunan berwawasan lingkungan kepada staf Bank OCBC NISP dan juga pengembang properti. Bank OCBC NISP juga akan bekerjasama dengan IFC untuk mengembangkan pendekatan khusus dalam mendorong pertumbuhan pengusaha wanita. Selain menunjukkan bahwa UKM milik wanita sebagai segmen nasabah yang berbeda, kerjasama ini juga bertujuan untuk mendukung upaya pemerintah dalam membentuk pembiayaan-pembiayaan yang mengurangi dampak perubahan iklim (climate finance) sebagai kelas aset khusus.
Gender bond ini didukung oleh program Women Entrepreneurs Finance Initiative (We-Fi) dan sejalan dengan tujuan pembangunan Pemerintah Indonesia untuk mengurangi kesenjangan gender.
Green bond, yang mencakup aspek bangunan berwawasan lingkungan sebagai segmen prioritas utama, didukung oleh program UK Government’s Market Accelerator Green Construction yang bertujuan untuk mempromosikan konstruksi berwawasan lingkungan dan mendukung perkembangan kredit pemilikan properti berwawasan lingkungan. Inisiatif ini juga sejalan dengan kebijakan insentif Bank Indonesia mengenai pembiayaan properti berwawasan lingkungan.
IFC pertama kali melakukan investasi di Bank OCBC NISP pada tahun 1997. Selanjutnya pada tahun 2018, Bank OCBC NISP mengadakan kerjasama berupa pinjaman dari IFC yaitu green bond melalui private arrangement antara Bank OCBC NISP dan IFC dan merupakan kerjasama pertama yang dilakukan IFC dengan bank komersil di Indonesia. Kemudian, melalui kerjasama yang baru di tahun 2020 ini, Bank OCBC NISP diharapkan dapat terus meningkatkan portfolio pembiayaan yang berkelanjutan.
“Mendukung pembangunan berkelanjutan melalui pembiayaan berwawasan lingkungan dan mengurangi tingkat kemiskinan melalui inklusi keuangan dan inklusi gender merupakan salah satu prioritas utama IFC di Indonesia. Kami yakin bahwa kerjasama IFC melalui private arrangement kepada Bank OCBC NISP yaitu pada gender bond, akan menunjukkan bahwa institusi keuangan yang menawarkan inovasi dan nilai tambah terkait gender, akan meraih keunggulan,” ujar Azam Khan, Country Manager IFC untuk Indonesia, Malaysia dan Timor Leste. “Lebih jauh, kontribusi Bank OCBC NISP bagi pertumbuhan proyek-proyek berkelanjutan akan mendukung perkembangan ekosistem berwawasan lingkungan di Indonesia”, tambahnya.
Sejak tahun 2005, IFC telah memberikan lebih dari USD24 miliar ditambah hampir USD19 miliar mobilisasi dana untuk pembiayaan jangka panjang proyek-proyek terkait iklim. Pada tahun fiskal 2019, IFC memberikan USD2,6 miliar investasi langsung dan memobilisasi dana senilai USD3,2 miliar. Pada tahun fiskal tersebut IFC melakukan investasi terkait iklim pada 93 proyek dan mencegah 15,5 juta ton emisi karbondioksida.
Keterangan Foto:
Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP (kiri) dan Hans Peter, Vice President Economic and Private Sector Development IFC (kanan) menandatangani perjanjian kerjasama "The Sustainability Bond" senilai maksimal Rp 2,75 Triliun atau setara dengan USD 200 juta di Jakarta. Program Sustainability Bond yang terdiri dari green bond dan gender bond ini akan digunakan untuk meneruskan upaya Bank OCBC NISP dalam menyediakan pendanaan berwawasan lingkungan dan memberdayakan perempuan dalam membangun bisnis berkelanjutan. Gender Bond hasil kerja sama Bank OCBC NISP dan IFC ini merupakan yang pertama di Indonesia. |
Tentang IFC
IFC-bagian organisasi dari Bank Dunia dan anggota Kelompok Bank Dunia- adalah lembaga pembangunan global terbesar yang berfokus pada sektor swasta di pasar negara berkembang. Kami bekerja dengan lebih dari 2.000 institusi bisnis di seluruh dunia, menggunakan modal, keahlian, dan pengaruh kami untuk menciptakan pasar dan peluang di area tersulit di dunia. Pada tahun fiskal 2019, kami menyalurkan lebih dari USD19 miliar dalam bentuk pembiayaan jangka panjang untuk negara-negara berkembang, memanfaatkan kekuatan sektor swasta untuk mengakhiri kemiskinan ekstrim dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.ifc.org.
Tentang Bank OCBC NISP
Bank OCBC NISP didirikan di Bandung pada tahun 1941 dengan nama Nederlandsch Indische Spaar en Deposito Bank. Pada akhir tahun 2019, Bank OCBC NISP melayani nasabah melalui 283 jaringan kantor di 57 kota di Indonesia, dilengkapi dengan 669 unit ATM Bank OCBC NISP yang dapat diakses di lebih dari 195.300 jaringan ATM di Indonesia, serta sekaligus terhubung dengan lebih dari 766 jaringan ATM OCBC Group di Singapura dan Malaysia. Bank OCBC NISP pun melayani nasabah melalui berbagai channel digital, termasuk mobile banking dan internet banking – baik individu maupun korporasi. Bank OCBC NISP mendapatkan peringkat idAAA (stabil) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) dan AAA(idn)/stabil dari PT Fitch Ratings Indonesia.
###