Metode perpetual adalah metode yang digunakan untuk mencatat stok barang.
Pencatatan stok barang perlu dilakukan dengan tepat, utamanya untuk bisnis online. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk melaksanakan tugas tersebut adalah metode perpetual.
Secara garis besar, metode perpetual adalah cara untuk mencatat stok persediaan dalam bentuk pembukuan.
Dengan menerapkan metode tersebut, pencatatan stok barang akan menjadi lebih teratur dan mudah dilacak.
Sebelum menerapkan metode perpetual, sebaiknya Sobat OCBC memahami dulu pengertian dan cara penerapannya dengan baik. Mari simak pembahasannya di bawah ini.
Metode perpetual adalah metode yang digunakan untuk mencatat stok persediaan barang berdasarkan jadwal keluar masuknya.
Secara umum, sistem pencatatan tersebut disebut juga sebagai pembukuan. Barang yang masuk dan keluar akan dicatat di dalam buku sehingga memudahkan penghitungan stok.
Dengan adanya catatan hitungan stok yang disusun secara teratur, maka pembuatan laporan dan neraca laba rugi perusahaan pun akan lebih mudah.
Pembukuan yang dilakukan secara berkala juga akan mempermudah tim dalam mengecek stok persediaan tanpa harus melakukan pengecekan fisik berkali-kali.
Penggunaan metode perpetual sendiri sering ditemukan pada usaha berskala kecil maupun perusahaan besar.
Metode pencatatan stok barang dapat membantu mengantisipasi kekurangan stok yang dapat berdampak negatif pada pelaksanaan bisnis.
Pembukuan yang berkala juga dapat membantu pengawasan mobilitas barang. Dengan begitu, pelaku bisnis tidak perlu memberlakukan stock opname karena ketersediaan stok akan diperbarui setiap kali terjadi transaksi.
Setelah memahami pengertian metode pembukuan stok barang secara berkala, saatnya untuk mengenali sistem pencatatan barang yang diterapkan dalam pelaksanaannya.
Berikut adalah ketiga sistem yang dijalankan dalam pembukuan stok persediaan barang:
Metode pertama yang bisa diterapkan dalam pembukuan stok persediaan barang adalah LIFO (Last In First Out).
Dengan sistem LIFO, biaya setiap unit yang terjual merupakan biaya pembelian terakhir. Adapun dibutuhkan buku besar pembantu dalam penerapan sistem LIFO.
Penerapan sistem LIFO mengharuskan barang yang paling terakhir datang untuk dijual paling awal.
Sebagai gambaran, kaos yang ada di posisi teratas pada tumpukan adalah yang harus dijual lebih awal daripada kaos yang berada di bagian bawah tumpukan.
Pemilik toko baju di pasar Agung membeli kaos sejumlah 50 pcs dengan harga Rp10 ribu per unit pada tanggal 10 Agustus. Dilakukan pembelian kaos kembali sejumlah 100 pcs dengan harga Rp15 ribu per unit pada tanggal 28 Agustus.
Pada tanggal 5 September, kaos terjual sejumlah 45 pcs. Dengan penerapan sistem LIFO, harga tas yang terakhir masuk berarti sebesar Rp15 ribu dari data terakhir pembelian barang.
Baca juga: Memahami Manajemen Produksi dan Operasional dalam Bisnis
Kebalikan dari LIFO, sistem FIFO (First In First Out) mengharuskan barang yang paling awal datang untuk dijual terlebih dahulu.
Penerapan pembukuan dengan sistem FIFO sendiri sering kali dilakukan oleh pelaku bisnis di bidang pangan dan obat-obatan.
Produk-produk yang dikonsumsi, seperti makanan, minuman, obat-obatan, suplemen kesehatan, dan jamu perlu dijual sebelum memasuki masa kadaluarsa.
Biasanya, sistem FIFO berhubungan dengan mobilitas barang termasuk data berisi hasil hitungan yang tidak jauh berbeda dengan ketersediaan barang secara fisik.
Pengusaha frozen food membeli stok persediaan sosis sejumlah 20 pcs dengan harga Rp10 ribu per unit pada tanggal 5 Januari. Kemudian, penjual menambah stok sosis lagi sejumlah 30 pcs dengan harga Rp12 ribu per unit pada tanggal 18 Januari.
Pada tanggal 30 Januari, sosis terjual sebanyak 25 pcs. Maka berdasarkan sistem FIFO, pelaku bisnis akan menjual produk sosis yang pertama masuk atau dibeli, yaitu seharga Rp10 ribu.
Pencatatan stok persediaan bisa dilakukan dengan metode perpetual average yang memungkinkan penghitungan biaya rata-rata untuk pembelian berbagai jenis barang.
Adapun biaya per unit tersebut nantinya akan digunakan untuk menghitung biaya setiap kali terjadi transaksi penjualan dan pembelian.
Penggunaan catatan pembukuan dengan metode ini dapat berdampak pada hitungan laba kotor dan harga pokok penjualan.
Di samping metode perpetual, pencatatan stok persediaan bisa dilakukan dengan metode lain yang disebut dengan periodik.
Namun, metode periodik memiliki karakter tersendiri yang membedakannya dengan metode perpetual. Berikut adalah penjabarannya:
Perpetual | Periodik |
---|---|
Pembaruan setiap kali terjadi transaksi | Pembaruan berdasarkan periode akuntansi |
Catatan bersifat real-time | Catatan persediaan pada awal dan akhir periode |
Data akurat dan real-time | Data tidak selalu akurat |
Identifikasi kekurangan stok cepat | Sulit mengidentifikasi kekurangan stok |
Penjualan dihitung secara langsung | Hitungan penjualan pada akhir periode |
Administrasi lebih intensif | Tata administrasi lebih sederhana |
Itulah pembahasan seputar metode perpetual yang dapat membantu proses pencatatan stok persediaan untuk kelancaran bisnis.
Baik pelaku bisnis online berskala kecil maupun besar bisa menggunakan metode perpetual untuk memastikan stok barang tetap terjaga dengan baik.
Jika masih belum menemukan solusi manajemen stok untuk kebutuhan bisnis online yang ditekuni, Sobat OCBC bisa menggunakan layanan Pendukung Bisnis Online.
OCBC menyediakan layanan manajemen stok barang dari berbagai kanal penjualan online yang terintegrasi dalam satu pengelolaan. Sobat OCBC juga bisa mendapatkan dukungan dari mitra bank yang terpercaya untuk aktivitas penjualan online.
Jadi, tunggu apa lagi? Mari permudah kebutuhan bisnis online dengan OCBC!
Baca juga: Point of Sales: Pengertian, Fungsi, dan Cara Kerjanya