Wajar nggak sih pacaran tapi sering berhutang ke pacarnya? Awas, itu jadi tanda hubunganmu masuk kriteria toxic financialship!
Hubungan asmara yang langgeng menjadi idaman banyak orang baik cowok maupun cewek. Tapi dalam kenyataannya, hubungan tidak selamanya mulus karena pasti ada banyak batu sandungan.
Masalah sering muncul ketika salah satu pihak merasa tidak mendapat porsi yang adil dalam hubungan. Jika dibiarkan, kondisi itu tidak hanya membuat hubungan makin buruk, tapi juga berpengaruh negatif pada mental.
Hubungan yang semacam itu disebut dengan istilah toxic relationship atau hubungan beracun. Sudah banyak artikel, jurnal, dan ahli yang mengulas tentang toxic relationship beserta dampak buruknya bagi korban.
Baca juga: 13 Cara Agar Tidak Boros untuk Anda Supaya Bisa Lebih Hemat
Selain toxic relationship, rupanya masyarakat juga mengenal istilah toxic financialship. Sebenarnya, toxic financialship bagian dari toxic relationship namun khusus yang berkaitan dengan uang.
Melansir berbagai sumber, toxic financialship adalah hubungan finansial beracun yang bisa terjadi dalam jalinan asmara maupun pertemanan. Toxic financialship terjadi ketika salah satu pihak mengandalkan pihak lain dalam hal keuangan.
Bisa saja hubungan yang terjalin sebenarnya baik-baik saja, tidak ada yang melakukan kekerasan, tidak merendahkan, bahkan memberi ruang yang sama dalam interaksi.
Namun ketika salah satu pihak hanya mengandalkan keuangan dari pihak lain, maka hubungan itu masuk kategori toxic financialship.
Kondisi ini terjadi ketika salah satu pihak menghamburkan uang, meminjam uang tanpa dikembalikan, hingga mengontrol keuangan pasangannya.
Singkatnya, korban dalam hubungan ini dimanfaatkan secara keuangan untuk menanggung semua biaya pacaran, bahkan urusan pribadi pasangannya.
Baca juga: Cara Mengatur Keuangan Pasangan Muda Ala Relationship Goals
Hubungan yang dikategorikan sebagai toxic financialship bisa diidentifikasi melalui beberapa ciri sebagai berikut.
Dalam hubungan asmara, kedua belah pihak hendaknya berkontribusi secara keuangan dengan seimbang. Biaya nge-date yang ditanggung berdua dengan cara split bill, seperti bayar si cowok bayar makan dan si cewek bayar tiket nonton.
Namun dalam toxic financialship, kondisi ini tidak terjadi. Yang terjadi adalah, salah satu pihak memberikan kontribusi finansial yang jauh lebih besar dibandingkan pihak lainnya. Bahkan pihak yang “toxic” bisa saja sama sekali tidak berkontribusi.
Ciri berikutnya, salah satu pihak sering berhutang kepada pasangannya atau pihak lain, namun tanpa dibarengi dengan itikad baik untuk membayarnya.
Artinya, pelaku toxic financialship ini menggampangkan hutang karena merasa meminjam kepada pacarnya sendiri.
Apakah hanya hutang kepada pasangan saja? Tentu tidak. Dalam toxic financialship, pelaku bisa saja berhutang kepada pihak lain, namun nahasnya, pasangan yang tidak tahu apa-apa diminta untuk membantu menyelesaikan hutang itu.
Toxic financialship tidak hanya dilakukan oleh pihak yang tidak modal atau sering hutang saja. Faktanya, situasi ini juga bisa dilakukan oleh pihak yang memiliki uang lebih.
Artinya, Salah satu pihak menggunakan uang sebagai alat untuk mengontrol atau memanipulasi pasangan.
Contohnya, pelaku mengancam untuk menghentikan dukungan finansial jika pasangan tidak mengikuti permintaan atau keinginan tertentu, atau penggunaan uang untuk mengontrol keputusan-keputusan penting dalam hidup.
Baca juga: 10 Metode Budgeting, Bantu Kelola Keuangan Lebih Efektif!
Sama halnya seperti toxic relationship, toxic financialship juga menimbulkan dampak buruk bagi pihak yang menjadi korban. Berikut beberapa dampak buruk itu.
Ketika salah satu pihak menggunakan uang untuk mengontrol atau memanipulasi, ini bisa menimbulkan perasaan rendah diri, tidak berharga, dan stres yang berkepanjangan.
Perasaan terus-menerus ditekan secara finansial dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan bahkan trauma.
Ketidakamanan finansial dalam hubungan bisa membuat individu merasa terjebak dan tidak memiliki otonomi dalam keputusan hidup mereka.
Hubungan finansial yang tidak sehat seringkali menyebabkan ketidakstabilan keuangan.
Misalnya, jika satu pihak terus-menerus meminjam uang tanpa niat untuk mengembalikan, hal ini bisa mengakibatkan akumulasi hutang yang tidak terkendali.
Selain itu, ketidakjujuran finansial seperti menyembunyikan pengeluaran besar atau utang juga dapat merusak stabilitas keuangan bersama dan memicu konflik yang berkepanjangan.
Ketika masalah keuangan menjadi pusat konflik dalam hubungan, hal ini dapat merusak kepercayaan dan komunikasi antara pasangan.
Ketidakjujuran dan manipulasi finansial akan mengikis pondasi hubungan, menyebabkan rasa tidak percaya dan permusuhan yang mendalam.
Seiring waktu, hubungan yang didominasi oleh masalah keuangan yang tidak sehat seringkali berujung pada perpisahan atau perceraian.
Toxic financialship memiliki dampak yang luas dan merugikan, baik secara emosional, finansial, maupun pada hubungan itu sendiri.
Menjaga transparansi, komunikasi terbuka, dan keseimbangan dalam kontribusi finansial adalah langkah penting untuk mencegah terjadinya toxic financialship.
Itulah ulasan mengenai apa itu toxic financialship beserta ciri-ciri dan dampak buruknya. Kamu juga bisa mendapat informasi menarik seputar keuangan dan perbankan dengan membuka halaman Article OCBC!
Baca juga: 10 Tips Mengelola Uang Pinjaman dari Bank dengan Bijak