Cost of delay adalah pertimbangan penting bagi perusahaan dalam membuat keputusan.
Cost of delay adalah salah satu hal yang penting untuk diperhitungkan oleh setiap perusahaan. Dengan memahami cost of delay (CoD), maka perusahaan bisa memiliki manajemen keuangan yang baik. Selain itu, berjalannya proyek juga menjadi lebih lancar.
Terkadang, suatu perusahaan mengalami dilema terkait dengan proyek mana yang harus didahulukan atau ditunda. Nah, dengan mengetahui cost of delay, maka perusahaan bisa membuat keputusan dengan bijak.
Yuk, kenali lebih lanjut tentang apa itu cost of delay melalui artikel di bawah ini.
CoD atau cost of delay adalah suatu framework penentuan prioritas yang memungkinkan suatu perusahaan mengukur kerugian ekonomi bila menunda peluncuran produk. Framework ini dapat membantu kamu untuk menentukan apakah suatu produk perlu segera diluncurkan, atau harus ditunda sementara waktu dan fokus pada hal lain.
Pada dasarnya, komponen dari framework cost of delay adalah durasi dan biaya. Melalui cost of delay, perusahaan dapat mengalokasikan sumber daya secara tepat dengan mempertimbangkan biaya dan tenggat waktu, serta pandangan yang lebih jelas tentang prioritas perusahaan.
Bagi seorang manajer produk, cost of delay adalah kerangka kerja atau framework yang efisien untuk membantu mereka membuat keputusan penting, terutama saat ada dua atau lebih proyek yang perlu diselesaikan dalam waktu yang hampir sama.
Misalnya, kamu memiliki dua proyek yang harus diselesaikan dalam waktu dua minggu. Lalu, risiko kerugian yang akan dialami jika kamu menunda proyek A dan B selama satu minggu adalah Rp25.000.000 dan Rp52.000.000.
Melihat angka tersebut, maka akan lebih ideal untuk menyelesaikan proyek B terlebih dahulu karena memiliki dampak ekonomi yang lebih tinggi.
Baca juga: Capex Adalah: Arti, Cara Hitung dan Bedanya dengan Opex
Cost of delay adalah framework yang cukup penting untuk diterapkan. Dengan begitu, perusahaan bisa meminimalkan risiko kerugian besar. Namun tidak hanya itu, manfaat lain dari cost of delay adalah sebagai berikut.
Terkadang, manajer yang berpengalaman sekalipun mungkin tidak bisa memperkirakan biaya keterlambatan dengan tepat. Mereka dapat mengabaikan dampak negatif dari penundaan atau mungkin salah menghitung jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.
Dengan menggunakan framework ini, perusahaan dapat memperoleh estimasi biaya keterlambatan berdasarkan data. Hal ini memungkinkan tim untuk membuat keputusan yang tepat tentang proyek mana yang harus diprioritaskan.
Membagi sumber daya ke berbagai proyek terkadang bukan keputusan yang tepat. Karenanya dibutuhkan framework cost of delay. Melalui framework ini, perusahaan bisa menilai manakah proyek yang bisa mendapatkan hasil terbaik. Dengan begitu, kamu dapat memaksimalkan sumber daya pada proyek tersebut.
Idealnya, setiap proses di perusahaan perlu mengikuti peta ataupun strategi yang sudah disusun sejak awal pengembangan. Namun, terkadang kita tidak bisa menghindari permintaan mendadak dari atas atau stakeholders, bukan? Jika sudah begini, maka penting untuk menentukan prioritas.
Dalam hal ini, menghitung cost of delay bisa menjadi solusinya. Melalui framework CoD, kamu dapat menjelaskan kepada para stakeholders apakah permintaan mereka dapat dipenuhi tepat waktu dan potensi kerugian akibat penundaan yang mungkin terjadi berdasarkan data.
Baca Juga:Biaya Overhead: Fungsi, Jenis, dan Cara Menghitungnya
Langkah pertama dalam cara menghitung cost of delay adalah mengetahui terlebih dahulu berapa keuntungan yang diperoleh per produk. Misalnya suatu perusahaan berencana merilis suatu produk yang dapat menghasilkan keuntungan Rp10.000.000 setiap minggunya, maka menunda perilisan selama tiga minggu dapat menyebabkan kerugian sebesar Rp30.000.000 bagi perusahaan.
Nah, jika perusahaan tersebut memiliki tiga produk yang akan dirilis, dan tentunya tidak bisa dalam waktu bersamaan, maka perlu ditentukan mana produk yang menjadi prioritas perusahaan dan menghasilkan keuntungan terbesar atau kerugian terkecil.
Guna menentukan keputusan yang tepat, maka kamu perlu menghitung cost of delay menggunakan metode CD3 dari masing-masing proyek. CD3 dihitung dengan cara membagi biaya penundaan dengan waktu pengembangan. Agar lebih sederhana, biasanya dibagi dengan 1000.
Contoh perhitungan cost of delay adalah sebagai berikut:
Suatu perusahaan memiliki dua produk yang akan dirilis. Produk A membutuhkan waktu pengembangan 3 bulan dengan keuntungan Rp5.000.000 per bulan. Sementara itu, produk B membutuhkan waktu 4 bulan, namun keuntungannya Rp9.000.000 per bulan.
Lantas, produk mana yang harus diprioritaskan untuk dirilis lebih dulu?
Perlu diketahui bahwa semakin tinggi CD3, maka prioritasnya juga semakin tinggi. Jadi, dalam contoh di atas, maka produk yang harus didahulukan adalah Produk B dengan CD 3 sebesar 2.250.
Beberapa tips yang bisa diterapkan oleh perusahaan untuk meminimalkan cost of delay adalah sebagai berikut:
Itulah penjelasan mengenai apa itu cost of delay dan pentingnya bagi perusahaan. Bila ingin operasional perusahaan berjalan dengan lancar, maka menentukan prioritas merupakan hal yang penting, sehingga fokus perusahaan tidak terbagi-bagi. Alhasil, keuangan perusahaan juga akan tertata dengan baik.
Dalam proses pengembangan bisnis, memang diperlukan strategi yang baik dan matang. Nah, berbicara mengenai strategi pengembangan bisnis, Bank OCBC menawarkan layanan Ekspansi Bisnis yang dapat dimanfaatkan oleh pengusaha untuk mengembangkan perusahaan atau bisnisnya.
Layanan ini memberikan solusi berupa pembiayaan modal usaha, pembiayaan supply chain management, pengumpulan modal lewat capital & equity market, serta kemudahan cek outstanding trade loan dan pengajuan Bank Garansi di OCBC Business.
Yuk, kembangkan bisnismu bersama OCBC!